Dua hari lalu, tepatnya hari Kamis (7/1) tulisan saya yang mengulas mengenai buku ‘tandingan’ atas buku George Junus Aditjondro diposting di Kompasiana.com. Tanpa dinyana, cuma dalam hitungan beberapa menit ternyata tulisan tersebut dianggap pantas untuk ditempatkan sebagai headline di blog milik situs portal berita terbesar di Indonesia tersebut.
Sebagai blog yang merupakan bagian inheren dari situs Kompas.com sebagai media terbesar di tanah air, Kompasiana memang lebih baru. Blog ini baru didirikan pada 22 Oktober 2008. Jumlah pengunjung blog site ini seperti ditulis Pepih Nugraha -admin Kompasiana- menurut Google Analytics terhitung sejak 28 Desember 2008 hingga 27 Januari 2009 sebanyak 125.542 dengan jumlah halaman yang dibaca 228.980 (klik di sini). Kalau dirata-rata, per hari pengunjung blog Kompasiana dikunjungi 4.000 kali. Saya tidak bilang 4.000 orang karena jumlah hits dihitung dari jumlah kunjungan ke halaman (page) tertentu. Sehingga, satu orang dari satu alamat I.P. (Internet Protocol) bisa berkunjung berkali-kali. Walau menurut tulisan Pepih ada 92.160 unique visitor -pengunjung tetap yang memang selalu membuka dan membaca Kompasiana- namun tetap saja itu merupakan hitungan dari alamat I.P. Selain adanya proxy, seseorang mungkin saja mengakses dari berbagai tempat. Maka, angka unique visitors pun tetap hanya bisa dihitung sebagai angka pengakses per alamat I.P., bukan sebagai orang.
Angka besar ini penting apalagi bagi sebuah situs internet yang bertujuan promosi. Walau blog bersifat social community site, namun tingginya hits menunjukkan makin pentingnya blog tersebut bagi para web surfer. Makin tinggi hits suatu situs, baik itu web site atau blog site, maka makin tinggi pula popularity rank-nya. Dengan demikian kans untuk terindeks di urutan atas mesin pencari makin tinggi.
Saya pun penasaran mengecek google search rank atas tulisan saya tersebut. Karena Kompasiana sudah terindeks di google, maka pasti dalam hitungan detik semua tulisan di sana akan terindeks pula di google. Benar saja, dengan kata kunci (keyword): “resensi hanya fitnah” (”hanya fitnah” adalah dua kata awal dari judul buku tandingan tersebut. Baca postingan hari Kamis kemarin di sini), tulisan saya sudah terindeks di google, mesin pencari paling populer dan terbanyak digunakan di jagat maya.
Hanya saja saya agak heran, kenapa tautan (link) atas tulisan saya tersebut hanya berada di peringkat keempat (lihat gambar yang dilingkari merah)? Ternyata setelah saya cermati, ketiga tautan lain di atas tautan tulisan saya ternyata cuma tautan pemancing. Ini adalah trik yang lazim digunakan dalam SEO (Search Engine Optimization). Dengan algoritma khusus, software mencari keyword yang sedang banyak digunakan web surfer. Lantas, keyword tadi segera dijadikan tautan di situs yang sebenarnya hanya berfungsi sebagai landing page. Kalau pengunjung mendatangi situs-situs itu, cuma akan mendapati situs kosong berisi aneka tautan belaka. Kebanyakan tautan justru iklan yang isinya menawarkan aneka program “cepat kaya tanpa kerja”. Karena efektifnya software tersebut, mereka mampu memanfaatkan glitch yang terdapat di search engine bot.
Saya pun mengurut dada. Kini mencari uang tampaknya seperti menghalalkan segala cara. Termasuk melakukan penipuan melalui teknologi canggih seperti website. Pengunjung yang tertipu mendatangi situs pemancing tadi untuk mencari tulisan tertentu, diharapkan mengklik tautan lain yang akan berujung pada situs yang menawarkan program “cepat kaya tanpa kerja” tadi. Apalagi di banyak negara, ranah maya ini belum masuk jangkauan hukum secara memadai. Indonesia walau punya UU ITE, jelas masih jauh dari mampu untuk menjerat “kejahatan terselubung” semacam ini.
Padahal, fungsi SEO sejatinya mulia. Ia merupakan alat pemasaran di dunia maya, sebagai bagian dari viral marketing. Namun, karena jatuh ke tangan para ‘bandit maya’, maka alat itu pun berubah jadi berbahaya. Karena itu, bila mencari tulisan dengan mesin pencari, perhatikan benar kemana tautan itu berlabuh. Hanya klik jika tautannya ke situs terpercaya (ditandai dengan tulisan tautan berupa http://www……… berwarna biru dengan font lebih kecil di bawah penjelasan isi judul yang didapat mesin pencari). Seringkali situs yang cuma situs pemancing berciri ada kata “money”, “click”, “SEO”, “rating”, atau semacamnya. Maka, dalam kasus tulisan postingan saya di Kompasiana, sejatinya tulisan saya berada di rank pertama dalam google search di atas. Karena tiga tautan lain di atas tautan tulisan saya cuma landing page kosong. Abal-abal belaka!
[Tulisan ini juga diposting di Kompasiana, 9 Januari 2010]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar