Hari ini, saya membaca berita di harian Kompas (p.3) tentang terpilihnya Ketua Umum Gerakan Pemuda Ansor (GP-Ansor) periode 2011-2016. Sang ketua terpilih bernama Nusron Wahid. Dia adalah anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dari Fraksi Golkar. Sewaktu mahasiswa, ia pernah menjabat sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PB-PMII) periode 2000-2003.
Apa yang jarang diketahui orang adalah Nusron juga sempat menjadi kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Ia juga sempat aktif di organisasi pers mahasiswa sewaktu berkuliah di Universitas Indonesia (UI). Di organisasi bernama Suara Mahasiswa UI ini Nusron muda mengasah kemampuan jurnalistiknya sebelum bergabung menjadi wartawan harian Bisnis Indonesia.
Di dua organisasi itu jualah saya bertemu dengannya. Bukannya SKSD (Sok Kenal Sok Dekat), namun dulu memang kami pernah saling kenal. Kalau sekarang, saya tidak yakin apakah beliau yang sudah punya posisi tawar tinggi dalam politik nasional masih ingat pada saya.
Satu yang saya tahu, jalan hidup teman saya ini cukup berliku. Karena lahir di Kauman-Kudus, Nusron sewaktu mahasiswa sering menambahkan kata "Kauman" di belakang namanya. Jadi nama panjangnya: "Nusron Wahid Kauman". Dahulu ia cukup taat beribadah. Antara lain yang saya ingat sewaktu kuliah ia sempat berpuasa tanpa putus selama 5 tahun (tentu kecuali di hari-hari haram berpuasa). Toh itu tak membuatnya berhasil meminang seorang gadis buruannya, yang saat itu menjabat sebagai Pemimpin Redaksi Suara Mahasiswa UI. Btw, gadis itu kemudian menikah dengan seorang rekan saya yang lain, yang juga aktivis. Saya sendiri sempat menjadi Pemimpin Redaksi Suara Mahasiswa UI tiga periode setelah kepemimpinan gadis buruan Nusron itu ;) .
Nusron tak menyerah. Ia terus berjalan. Gagal menjadi Ketua Umum Pengurus Cabang HMI Depok, ia mengalihkan "karir"-nya ke PMII. Di sini ia melesat. Selain mendirikan PMII cabang Depok yang waktu itu belum ada, ia kemudian berhasil menjadi pucuk pimpinan tertinggi organisasi massa pemuda onderbouw NU itu.
Saya tak tahu lagi kiprahnya setelah ia lulus dari jurusan sejarah UI. Apalagi setelah ia aktif di Partai Golkar. Beberapa teman memang sempat bertemu dengannya. Dan komentar yang saya dengar dan ingat cuma dua: "Nusron makin gendut" dan "sekarang mobilnya BMW". Komentar yang naif menurut saya.
Tapi, itulah hidup. Jalan hidup seseorang kadang tak terduga. Seorang teman yang tadinya bisa dibilang "teman tidur" saking dekatnya, kini sudah jauh di atas langit. Ia sudah bertahta di puncak ketenaran. Tentu saja, kerja keras, kelihaian dan kecerdikan seorang Nusron bisa dicontoh. Walau saya tahu, ada sisi-sisi lain dari kehidupannya yang tidak perlu saya ambil.
Yang jelas, saya berusaha tidak memanfaatkan masa lalu dalam konteks kedekatan dengan seorang teman untuk kepentingan saya sendiri. Karena itu, secara langsung saya tak pernah kontak lagi dengan Nusron dan teman-teman lain yang sudah duduk di DPR. Karena saya tak mau nepotisme merajalela. Bila satu saat kami harus bertemu dan bekerja bersama lagi, biarlah itu terjadi secara alami.
Catatan:
[Tulisan ini dimuat di blog pribadi saya -LifeSchool-, dan diposting di Politikana, 18 Januari 2011]
Foto Nusron Wahid diambil dari official website-nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar