Hari Kamis (21/10) lalu saya dikejutkan dengan message di Facebook dari seorang wartawan senior. Beliau menjawab pertanyaan saya mengapa postingnya di note Facebook tentang transkrip video interogasi dua orang Papua dihapus. Intinya, ia mengatakan kuatir keselamatan jiwanya terancam. Ia juga meminta agar namanya yang saya sebutkan di postingan blog dihapus. Saya heran juga, mengapa wartawan senior seperti dia yang merupakan koresponden berbagai media luar negeri harus merasa kuatir.
Saya merasa, justru transkrip itu harus disebar-luaskan dengan perspektif berbeda. Seperti saya tulis di pengantar, penyebarluasan video itu justru untuk menjaga nama baik TNI dan negara kita. Maka, pada hari itu juga saya posting transkrip itu di blog.
Meski begitu, saya sempat kuatir juga. Saya mencoba 'menenangkan diri' dengan mengirim sms kepada 'mentor' saya, seorang mantan pejabat tinggi negara yang kini lebih menyenangi peran sebagai "king maker". Dalam 5 menit, beliau segera membalas yang intinya mengatakan: "everything is ok." Bahasa militernya: "aman terkendali". Legalah saya.
Makin lega saya ketika hari Jum'at (22/10)-nya ada berita bahwa TNI mengakui kebenaran video Papua (kompas.com). Menurut Menko Polhukam Djoko Suyanto, Presiden SBY juga sudah mengetahui hal itu. Di hari Jum'at itu pula digelar rapat khusus para menteri bidang politik, hukum dan keamanan. (vivanews.com). Pernyataan resmi pemerintah itu membantah 'analisa pakar IT' Roy Suryo yang sebelumnya meragukan isi video itu.
Akankah para pelaku dalam video itu ditangkap? Bagaimana dengan perbedaan nama korban? Pemerintah -dan Komnas HAM- menyebut warga Papua yang diinterogasi dengan siksaan itu adalah Kindeman Gire. Sementara Aliansi Mahasiswa Papua menyebutkannya sebagai Tunaliwor Kiwo dan Telangga Gire. Apakah kedua nama Gire itu sama?
Semua itu masih tanda tanya. Mungkin menunggu 'petunjuk' dari Pentagon, atau bagaimana. Yang jelas, Obama tampaknya hampir pasti datang tanggal 7 November 2010 mendatang. Lalu akan ada bantuan militer A.S. untuk kita yang rencananya ditandatangani Obama bulan depan setelah bulan Juli lalu diumumkan Menhan A.S. (U.S. Secretary of Defense) Robert Gates.
Bagaimana membaca arah bola video Papua? Akankah Papua lepas dari pangkuan bumi Pertiwi? Justru kalau membaca 'sinergi' A.S. dengan pemerintahan SBY, tampaknya malah akan 'aman terkendali'. Tampaknya, setelah euforia kunjungan Obama dan beliau pulang ke negerinya, kasus ini akan terkubur. Sama seperti kasus-kasus lainnya yang masih jadi "dark number".
Bagaimana menurut Anda?
[Tulisan ini semula diposting di Politikana, 24 Oktober 2010]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar