Andaikata saya punya jabatan apa gitu... saya akan melakukan "call out" di RRI atau media lain. Mungkin seperti yang dilakukan oleh Hariman Siregar selaku Presiden Dewan Mahasiswa UI sewaktu berusaha mencegah kerusuhan meluas pada 15 Januari 1974. Kita semua tahu ia gagal, sebagiannya karena mahasiswa tidak menyadari menjadi korban dari rivalitas di dalam tubuh militer (Ali Moertopo vs Soemitro). Dan Malari tetap meletus.
Ini saya lakukan karena hari ini -28 Oktober 2010- rencananya akan ada demonstrasi besar. Mengutip harian Rakyat Merdeka edisi Minggu (24/10), dituliskan besar-besar di headline halaman 1: "Manfaatkan Momentum Sumpah Pemuda: Setelah Aksi 20 Okt' Muncul Aksi 28 Okt'". Ini mungkin karena aksi memperingati setahun pemerintahan SBY dengan KIB jilid 2-nya pada 20 Oktober 2010 kurang bergema. Dalam lanjutan artikel di halaman 9, dituliskan komentar sebagai berikut: "Ketua Umum PB PMII Adien Jauharudin mengatakan, pihaknya tidak peduli aksi in akan digubris SBY atau tidak."
Saran saya sih, daripada tidak digubris SBY, apakah tidak lebih baik mereka mengalihkan sasaran ke DPR? Terutama sekali kepada seniornya yaitu Nusron Wahid. Mantan Ketua Umum PB PMII periode 2000-2003 ini adalah Ketua Panitia Khusus Otoritas Jasa Keuangan (Pansus OJK) yang melakukan "pelesir dinas" ke empat negara (Korea Selatan,Jepang,Jerman,Inggris). Bahkan, ada yang membawa keluarga segala (Kompas.com). Kalau sama senior sendiri, masa' sih tetap tidak digubris? Yah... minimal diterima dan disuguhi makan-minum lah.... (kalau disuguhi yang lain, amplop misalnya, ya mene ketehe).
Tapi saran saya tetap: Batalkan Demo Hari Ini!
Indonesia sedang berduka karena bencana alam Wasior, Mentawai dan Merapi. Jangan dibuat rusuh dengan demonstrasi karena kepentingan politik sementara pihak. Bukankah banyak cara kritis kepada pemerintah -dan mestinya juga DPR- selain demonstrasi? Salah satunya ya dengan menulis di Politikana...
[Tulisan ini semula diposting di Politikana, 28 Oktober 2010]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar