Kemarin sore, di tengah suasana duka menyelimuti kawasan gunung Merapi, sebuah hajatan besar digelar pemerintah. Tepatnya di Gelora (Gelanggang Olahraga) Manahan, Solo. Kota Solo dengan Yogya sekitar 60 km, dimana Gunung Merapi secara administratif memang masuk wilayah D.I. Yogyakarta, tepatnya kabupaten Sleman. Namun itu jarak antar pusat kota, jarak Solo dengan Gunung Merapi sendiri jelas tak sejauh itu, sekitar 40 km saja atau sekitar 2-3 jam perjalanan lewat darat.
Adapun hajatannya adalah Puncak Peringatan Hari Sumpah Pemuda 2010. Acara ini tentu merupakan tanggung jawab Kementerian Pemuda dan Olahraga dengan Menterinya Dr. Andi Alfian Mallarangeng. Namun, selain Pak Menteri, hadir pula Wakil Presiden Prof. Dr. Boediono dan sejumlah menteri lain. Yang agak mengganggu, Pak Menpora tampak sumringah dalam acara itu, dan tidak terlihat berduka sama sekali. Sementara rona kelelahan tampak jelas di raut wajah Pak Boed. Memang, setelah dari Solo, Pak Boed langsung meninjau kamp pengungsi Merapi. Wong deket jee...
Malam ini, Global TV menggelar party peringatan Ulang Tahunnya yang ke-8, Sempurna menjadi temanya. Acaranya digelar di JITEC Mangga Dua, Jakarta. Tentu saja acara ini bernuansa dugem yang jelas gemerlap. Lebih gemerlap daripada upacara Sumpah Pemuda.
Memang, saya mengerti peringatan dan pesta ini sudah direncanakan lama. Dan untuk itu memang sudah keluar biaya yang tak sedikit. Jelas akan sayang kalau dibatalkan begitu saja. Walau begitu, hati saya teriris, haruskah kita tetap berpesta kala saudara-saudara kita antre mie instan di kamp pengungsian?
Tampaknya, karena alasan sudah dianggarkan, pesta tak mungkin dibatalkan. Ini mirip dengan alasan anggota DPR menolak membatalkan studi banding ke luar negeri.
And... the party must goes on!
[Tulisan ini semula diposting di Politikana, 29 Oktober 2010]